Minggu, 17 Juli 2011

Pembenahan Pelayanan Rumah Sakit

MenKes
JAKARTA (Suara Karya): Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas keahlian dan pelayanan dokter dan rumah sakit di Indonesia untuk menekan jumlah warga Indonesia berobat ke luar negeri.

Menteri Kesehatan Endang Rahayu mengatakan, pihaknya sedang mengupayakan bertambahnya jumlah rumah sakit (RS) berakreditasi internasional. Jenis RS ini dapat digunakan oleh warga masyarakat yang menginginkan pelayanan kesehatan premium. "Kita mulai dari RS swasta dulu," kata Menkes di Jakarta beberapa waktu lalu.
Untuk menekan biaya akreditasi itu, Kementerian Kesehatan sedang membuat sebuah lembaga akreditasi bertaraf internasional di Indonesia sehingga pihak RS tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan akreditasi itu.
"Dengan adanya lembaga akreditasi tersebut, diharapkan makin banyak RS bertaraf internasional di Indonesia sehingga pasien tidak perlu berobat jauh-jauh ke luar negeri, namun cukup di dalam negeri saja," katanya.
Menurut Menkes, jika ditilik dari jenis penyakitnya, kepergian orang Indonesia berobat ke luar negeri sebenarnya untuk penyakit-penyakit golongan "sepele" yang bisa diobati dokter Indonesia "sambil tutup mata" karena demikian ringannya. Bahkan, warga yang menginginkan pelayanan kesehatan ringan seperti operasi sunat, melahirkan, operasi hernia dan sekadar cek kesehatan reguler, pergi ke Singapura.
Endang Rahayu tak memungkiri dirinya juga dalam beberapa bulan terakhir ini, sering bolak-balik ke Ghuangzou, China, untuk mengobati kanker paru-paru yang diidapnya.
"Bukannya saya tak percaya dengan keahlian dokter dan rumah sakit di Indonesia. Tetapi, pilihan berobat ke China ini juga hasil konsultasi dengan dokter di Indonesia. Ada sebuah rumah sakit khusus kanker di Ghuangzhou yang berhasil mengembangkan teknologi untuk mengobati kanker," katanya.
Upaya pengobatannya ke luar negeri, kata Endang, juga telah mendapat restu dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keyakinannya untuk berobat ke China juga membuahkan hasil. Hampir satu tahun setelah didiagnosis terkena kanker paru-paru, kini Menkes Endang Rahayu merasa lebih bugar dan sehat.
"Selain pengobatan, saya juga menjaga pola makan dan rajin berolahraga, terutama renang. Lebih dari tiga kali seminggu saya berenang," ujar wanita yang selalu memangkas pendek rambutnya itu.
Ia menganalogikan pilihan berobat ke luar negeri sama dengan ketika orang-orang yang memiliki tingkat kesejahteraan di atas rata-rata membeli barang berdasarkan merek. "Orang-orang kaya punya pilihan, seperti halnya membeli tas. Meski fungsinya untuk menampung barang bawaan, harga tas bervariasi dari harga ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Semua tergantung selera dan isi kantong," katanya.
Menkes meyakini bahwa fasilitas dan pelayanan rumah sakit, terutama swasta di Indonesia tidak kalah dengan di Singapura. Apalagi, saat ini di sejumlah kota besar di Indonesia banyak dibangun rumah sakit swasta dengan fasilitas terbaik. Hanya sekarang pilihan terletak di tangan konsumen, apakah suka berobat di dalam negeri atau luar negeri.
"Soal fasilitas, kita tidak kalah, terutama rumah sakit swasta," katanya.
Endang Rahayu menyebutkan sejumlah alasan mengapa pasien-pasien Indonesia kemudian memilih berobat ke rumah sakit (RS) luar negeri, di antaranya pelayanan yang bagus, dokter dengan keahlian yang mumpuni, serta fasilitas penjemputan dari bandara yang dinilai sangat memudahkan.
"Fasilitas semacam penjemputan itu memang belum bisa diterapkan di RS Indonesia mengingat jumlah RS masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk. Namun, bukan hal mustahil di masa depan RS di Indonesia akan melakukan peningkatan pelayanan semacam itu," ujarnya.
Sementara itu, Suwandi Leo, Manajer Pemasaran Senior Divisi Pemasaran dan Pelayanan Parkway Health, mengatakan, sekitar 60 persen pasien yang dirawat di tiga rumah sakit milik Parway Health adalah orang Indonesia. Jumlah tagihan pasien rata-rata mencapai 6.500 dolar Singapura per orang dengan rata-rata masa rawat inap 3,7 hari.
Mereka serius menggaet pasien melalui kolaborasi yang disebut Singapore Medicine. Konsep tersebut bertujuan mengembangkan Singapura sebagai penghubung utama di Asia Pasifik untuk pelayanan kesehatan internasional. Karena sektor pariwisata menjadi andalan dunia usaha Singapura, Singapore Tourism Board (STB) atau Badan Pariwisata Singapura ikut memegang peran utama.
Singapore Medicine diluncurkan Menteri Kesehatan Singapura Khaw Boon Wan di Camden Medical Centre, beberapa waktu lalu. Sang Menteri langsung menyebutkan Indonesia sebagai pasar utama di samping Malaysia. Target pasien ke Singapura tahun 2012 mencapai satu juta orang atau lima kali lipat dari jumlah sekarang. Tahun 2002, sebanyak 200.000 orang asing berobat di Singapura.
"Diperkirakan, 30-40 persen di antaranya dari Indonesia," katanya.


Semua RS di Singapura menawarkan keunggulan layanan medis, mulai dari mekanisme penerimaan pasien, tata ruang dan interior ruang tunggu serta ruang perawatan, ketersediaan dokter spesialis, kecepatan dan kecermatan tindakan medis, hingga kemutakhiran teknologi. Sebagai industri jasa, mereka bersaing meyakinkan, merebut, dan menyenangkan hati pasien. (Tri Wahyuni)

Sumber : suarakaryaonline.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes