Jumat, 16 November 2012

ANALGETIC ADMINISTRATION (Administrasi Analgesik)


Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi nyeri.

Intervensi :
  • Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
  • Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
  •  Cek riwayat alergi
  •  Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
  • Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
  •  Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
  • Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
  • Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
  • Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
  • Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Kamis, 15 November 2012

Contoh NIC


Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi nyeri.
Intervensi :
  • Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
  • Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
  • Cek riwayat alergi
  • Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
  • Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
  • Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
  • Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
  • Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
  • Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
  • Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Kamis, 01 November 2012

NIC - BOWEL MANAGEMENT (Manajemen Bowel)

BOWEL MANAGEMENT (Manajemen Bowel)
Definisi : membuat dan menyeimbangkan pola eliminsi yang teratur
Intervensi :
    Berikan minuman/cairan hangat setelah makan
    Instruksikan klien untuk makan makanan tinggi serat
    Berikan suppositoria
    Ajari  klien tentang makanan spesifik untuk membantu  BAB secara regular
    Monitor tanda dan gejala konstipasi

Rabu, 31 Oktober 2012

NIC - ANXIETY REDUCTION (PENGURANGAN CEMAS)


Definisi :
Meminimalkan rasa takut, cemas, meras dalam bahaya atau ketidaknyamanan terhadap sumber yang tidak diketahui
Intervensi :
•    Gunakan pendekatan yang menenangkan
•    Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
•    Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur
•    Pahami prespektif pasien terhdap situasi stres
•    Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut
•    Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan prognosis
•    Dorong keluarga untuk menemani anak
•    Lakukan back / neck rub
•    Dengarkan dengan penuh perhatian
•    Identifikasi tingkat kecemasan
•    Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
•    Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
•    Instruksikan pasien menggunakan teknik relaksasi
•    Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

Selasa, 30 Oktober 2012

NIC - ANALGETIC ADMINISTRATION (Administrasi Analgesik)


Definisi : penggunaan agen farmakologi untuk menghentikan atau mengurangi nyeri.
Intervensi :
    Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
    Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
    Cek riwayat alergi
    Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
    Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri
    Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal
    Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
    Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
    Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
    Evaluasi efektivitas analgesik, tanda dan gejala (efek samping)

Senin, 29 Oktober 2012

Nanda NIC - AIRWAY MANAGEMENT (MANAJEMEN JALAN NAFAS)

Definisi :
Mampertahankan kepatenan jalan nafas
Intervensi :
•    Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu
•    Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
•    Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan
•    Pasang mayo bila perlu
•    Lakukan fisioterapi dada jika perlu
•    Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
•    Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
•    Lakukan suction pada mayo
•    Berika bronkodilator bial perlu
•    Barikan pelembab udara
•    Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan
•    Monitor respirasi dan status O2

Minggu, 28 Oktober 2012

Nanda NIC - ACTIVITY THERAPHY (Terapi aktifitas)


Definisi : anjuran dan bantuan dalam aktifitas spesifik baik fisik, kognitif, sosial dan spiritual untuk meningkatkan rentang, frekuens, atau durasi dari aktivitas individu atau grup
Intervensi :
1.    Berkolaborasi dengan okupasi terapis, fisik terapis atau rekreasi terapis dalam merencanakan dan memonitor program aktivitas, dengan cara yang tepat.
2.    Tentukan komitmen pasien untuk meningkatkan frekuensi dan atau rentang aktifitas.
3.    Bantu untuk mengeksplorasi arti pribadi dari aktifitas yang biasa dilakukan.
4.    Bantu untuk memilih aktifitas konsisten sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan sosial.
5.    Bantu berfokus pada apa yang pasien dapat lakukan daripada berfokus pada kekurangannya.
6.    Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktifitas yang diinginkan
7.    Bantu untuk mendapatkan transportasi, dengan cara yang tepat.
8.    Bantu pasien untuk mengidentifikasi aktifitas yang disukai.
9.    Bantu untuk mengidentifikasi aktifitas yang penuh arti.
10.    Bantu pasien untuk membuat jadual periode yang spesifik dalam hal aktifitas diversional ke dalam rutinitas harian.
11.    Bantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam tingkat aktifitas
12.    Instruksikan pada pasien/keluarga untuk memelihara fungsi dan kesehatan sesuai dengan peran dari aktifitas fisik, sosial, spiritual dan kognitif.
13.    Instruksikan pasien/keluarga bagaimana menunjukkan aktifitas yang diinginkan atau disarankan
14.    Bantu pasien/keluarga untuk mengadaptasi lingkungan guna mengakomodasi aktifitas yang diinginkan.
15.    Sediakan aktifitas untuk meningkatkan lapang perhatian dalam berkonsultasi dengan OT
16.    Memfasilitasi pergantian aktifitas pada saat pasien mempunyai keterbatasan dalam waktu, energi atau pergerakan.
17.    Merujuk pada pusat komuniti atau program aktifitas
18.    Bantu dengan aktifitas fisik teratur (misalnya ambulasi, transfer, berpindah dan perawatan pribadi), sesuai kebutuhan.
19.    Sediakan aktifitas motorik kasar untuk pasien dengan hiperaktif
20.    Buat lingkungan aman untuk pergerakan otot besar, sesuai indikasi
21.    Sediakan aktifitas motorik untuk menghilangkan ketegangan otot.
22.    Sediakan permainan grup yang tidak kompetitif, terstruktur dan aktif.
23.    Dukung keterlibatan dalam aktifitas rekreasi dan diversional yang bertujuan untuk menurunkan kecemasan : grup menyanyi, voley, pingpong, jalan-jalan, berenang, tugas yang sederhana dan simpel, permainan yang sederhana; tugas rutin, mengurus rumah, berdandan, teka-teki dan kartu.
24.    Sediakan penguatan positif bagi yang aktif berpartisipasi
25.    Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diri dan penguatan
26.    Monitor respon emosi, fisik, sosial dan spiritual terhadap aktifitas
27.    Bantu pasien/keluarga untuk memonitor sendiri kemajuannya terhadap tujuan yang ingin dicapai.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Contoh Pembuatan SK (Surat Keputusan)

SURAT KEPUTUSAN
Nomor : …………….. .
tentang
STANDAR KETENAGAAN KEPERAWATAN TERLATIH
UNIT KHUSUS RUMAH SAKIT
___________________________________________
DIREKTUR RUMAH SAKIT ………..

Menimbang : Bahwa dalam rangka terlaksananya pelayanan rumah sakit secara terorganisir pada bidang pelayanan keperawatan di Rumah sakit…… maka dipandang perlu untuk menetapkan standar ketenagaan keperawatan terlatih untuk unit khusus pada setiap tugas jaga sesuai kebutuhan pasien.
Mengingat :
1. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Izin Penyelenggaraan Rumah sakit
2. SK Kepala Dinas Kesehatan nomor …..tentang ijin operasional Rumah sakit
3. Struktur Organisasi Rumah sakit…..
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Standar Ketenagaan Keperawatan terlatih di unit khusus terlampir.
2. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini, akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal :
Direktur RS
Tembusan :

Contoh Pembuatan SK (Surat Keputusan)
SURAT KEPUTUSAN
Nomor : …………….. .
tentang
STANDAR KETENAGAAN KEPERAWATAN TERLATIH
UNIT KHUSUS RUMAH SAKIT
___________________________________________
DIREKTUR RUMAH SAKIT ………..

Menimbang : Bahwa dalam rangka terlaksananya pelayanan rumah sakit secara terorganisir pada bidang pelayanan keperawatan di Rumah sakit…… maka dipandang perlu untuk menetapkan standar ketenagaan keperawatan terlatih untuk unit khusus pada setiap tugas jaga sesuai kebutuhan pasien.
Mengingat :
1. Keputusan Menteri Kesehatan tentang Izin Penyelenggaraan Rumah sakit
2. SK Kepala Dinas Kesehatan nomor …..tentang ijin operasional Rumah sakit
3. Struktur Organisasi Rumah sakit…..
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
1. Standar Ketenagaan Keperawatan terlatih di unit khusus terlampir.
2. Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan catatan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Surat Keputusan ini, akan diadakan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal :
Direktur RS
Tembusan :

Jumat, 26 Oktober 2012

Contoh Notulen Evaluasi Visi dan Misi Rumah Sakit

NOTULEN RAPAT


HARI / TANGGAL    : 
PUKUL                        : 
TEMPAT                    :  
PIMPINAN RAPAT    : 
MATERI                    : Evaluasi Visi dan Misi Rumah Sakit



Permasalahan :
Visi dan misi Rumah Sakit  perlu dievaluasi.

Pembahasan :
Visi dan misi masih tetap. Isinya masih seperti itu perlu ditambah mengenai Pelayanan Prima harus ada tekanan masalah pelayanan yang kita berikan demi kepentingan pasien.
Tentang visi, misi masih relevan tidak ada perubahan.
Visi, misi sesuai dengan apa yang selama ini kita berikan baik untuk rumah sakit maupun untuk pasien.
Visi dan misi masih relevan, dan tidak perlu ada perubahan.  Hanya saja yang dibutuhkan rumah sakit adalah realisasi dari pelaksanaan kegiatan di RS.  yang mengacu pada visi dan misi.

Kesimpulan;
Setelah dipahami dari beberapa pendapat masalah visi dan misi Rumah Sakit dapat disimpulkan bahwa visi dan misi masih relevan jadi tidak perlu ada perubahan.



Pimpinan Rapat                                                                                Notulis


(...................)                                                                               (....................)

Contoh Notulen Evaluasi Visi dan Misi Rumah Sakit
NOTULEN RAPAT


HARI / TANGGAL    : 
PUKUL                        : 
TEMPAT                    :  
PIMPINAN RAPAT    : 
MATERI                    : Evaluasi Visi dan Misi Rumah Sakit



Permasalahan :
Visi dan misi Rumah Sakit  perlu dievaluasi.

Pembahasan :
Visi dan misi masih tetap. Isinya masih seperti itu perlu ditambah mengenai Pelayanan Prima harus ada tekanan masalah pelayanan yang kita berikan demi kepentingan pasien.
Tentang visi, misi masih relevan tidak ada perubahan.
Visi, misi sesuai dengan apa yang selama ini kita berikan baik untuk rumah sakit maupun untuk pasien.
Visi dan misi masih relevan, dan tidak perlu ada perubahan.  Hanya saja yang dibutuhkan rumah sakit adalah realisasi dari pelaksanaan kegiatan di RS.  yang mengacu pada visi dan misi.

Kesimpulan;
Setelah dipahami dari beberapa pendapat masalah visi dan misi Rumah Sakit dapat disimpulkan bahwa visi dan misi masih relevan jadi tidak perlu ada perubahan.



Pimpinan Rapat                                                                                Notulis


(...................)                                                                               (....................)

Kamis, 25 Oktober 2012

Contoh Laporan Evaluasi Pengisian Berkas Rekam Medis


PENDAHULUAN 
Dengan perkembangan kecanggihan teknologi yang akan diterapkan dalam teknik informasi dan  keterlibatan profesi dalam memasuki paradigma baru namun tetap saja sistem rekam medis masa depan tetap harus bertumpu pada setidaknya lima tujuan yang mendasar, yaitu rekam Medis masa depan harus tetap menunjang pelayanan pasien dan memperbaiki kualitas pelayanan pasien, sistem Rekam Medis harus menambah produktivitas profesional pelayanan kesehatan dan mengurangi biaya administratif dan biaya pekerja yang dihubungi dengan pemberian  pelayanan kesehatan dan pembiayaan, rekam medis mendatang harus menunjang riset klinis dan pelayanan kesehatan, harus mampu mengakomodasi pengembangan  ke depan tegnologi pelayanan kesehatan, kebijakan, manajemen dan keuangan, kepercayaan pasien perlu mendapat perhatian serius dan harus dijaga selalu dalam  mencapai tujuan-tujuan diatas. Rekam medis atau sistem data klinis merupakan tulang punggung yang menunjang pengambilan keputusan-keputusan di RS.

WAKTU EVALUASI

Evaluasi pengisian berkas rekam medis dilakukan setiap akhir bulan dilakukan oleh Kepala Unit Rekam Medis.

KEGIATAN YANG DIRENCANAKAN
Kegiatan yang direncanakan terhadap evaluasi pengisian berkas rekam medis RS adalah dengan melakukan pencatatan di dalam formulir khusus yang memuat :
·    No CM
·    Ruang Rawatan
·    Dokter Yang Merawat
·    Kepala Ruangan
·    Tanggal Pasien Pulang
·    Tanggal Status Kembali Ke Rekam Medis
LAPORAN KEGIATAN
Laporan evaluasi pengisian berkas rekam medis selama bulan Januari – Maret 2010 adalah sebagai berikut
1.    Rata – rata pengembalian berkas ke rekam medis adalah 2 (dua) hari atau 2 x 24 jam
2.    Perbandingan dari pengisian berkas rekam medis yang tidak diisi dengan jelas, benar,       lengkap dan tepat waktu adalah sebesar 4 : 30, dengan arti dari 30 berkas rekam medis yang diteliti ada 4 berkas rekam medis yang tidak diisi dengan jelas, benar, lengkap dan tepat waktu.
3.    Berdasarkan pencatatan perbulan diketahui bahwa dokter yang sering tidak mengisi berkas rekam medis secara jelas, benar, lengkap dan tepat waktu adalah.....   

ANALISA KEGIATAN

Analisa kegiatan dari laporan diatas adalah sebagai berikut :
1.     Rata – rata pengembalian berkas rekam medis adalah 2 (dua) hari dikarenakan banyaknya kunjungan pasien sehingga membuat dokter dan perawat lama menyelesaikan berkas rekam medis.
2.    Setiap bulannya petugas rekam medis mengambil sampling sebanyak 30 berkas rekam medis dengan rata – rata pasien rawat inap sebesar 150 orang.
3.    sering tidak mengisi berkas rekam medis dengan jelas, benar, lengkap dan tepat waktu dikarenakan kesibukan dalam menangani pasien.   

TINDAK LANJJUT
Tindak lanjut dari evaluasi pengisian berkas rekam medis adalah dengan melakakukan peneguran terhadap dokter yang sering melalukan ketidaklengkapan pengisan berkas rekam medis secara benar, jelas, lengkap dan tepat waktu.


        Dibuat Oleh :
        Kepala Sub Bagian Rekam Medis
        RS.............




Rabu, 24 Oktober 2012

Contoh Format Evaluasi

LAPORAN PROGRAM PENINGKATAN MUTU KEPERAWATAN MELALUI PEMBERIAN ANGKET KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP
A. PENDAHULUAN
Dalam rangka peningkatan mutu pelayanan kesehatan, pelayanan keperawatan Rumah Sakit ………. membuat program peningkatan mutu keperawatan yang salah satu kegiatannya adalah pemberian angket kepuasan kepada pasien. Pemberian angket kepuasan kepada pasien ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat RS ……….. Untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien dan menilai perilaku perawat maka dilakukan evaluasi terhadap kegiatan pemberian angket kepuasan pasien ini.
B. WAKTU EVALUASI
Evaluasi dilakukan setiap bulannya setelah pengumpulan data angket kepuasan pasien dilakukan.
C. KEGIATAN

No.    Kegiatan                                                                      Indikator Pencapaian      
1.    Pemberian angket kepuasan pasien oleh perawat             Seluruh pasien pada tiap ruang rawat inap mendapat angket kepuasan pasien.      
2.    Pengisian angket kepuasan pasien oleh pasien/keluarga    Seluruh pasien pada tiap ruang rawat inap mengisi angket kepuasan pasien.   
D. LAPORAN KEGIATAN
Berisi hasil dari kegiatan yang telah dilakukan
E. ANALISA
Berisi kesimpulan dari hasil kegiatan
F. REKOMENDASI
Dari hasil analisa yang telah dilakukan, maka rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut:
penjabaran dari rekomendasi

Selasa, 23 Oktober 2012

Indikator Patient Safety

Beberapa indikator patient safety
1.    Luka tusuk atau luka iris yang tidak disengaja
2.    Komplikasi akibat anestesi
3.    Kematian pada diagnosis yang angka kematiannya rendah
4.    Dekubitus
5.    Kegagalan dalam menyelamatkan nyawa pasien
6.    Benda asing tertinggal dalam tubuh pasca tindakan medik/bedah
7.    Pneumotorak iatrogenik
8.    Perdarahan atau hematom pasca operasi
9.    Fraktur tulang panggul pasca operasi
10.    Gangguan fisiologis dan metabolik pasca operas
11.    Emboli paru pasca operasi atau trombosis vena
12.    Kegagalan respirasi pasca operasi
13.    Sepsis pasca operasi
14.    Dehisensi luka pasca operasi
15.    Infeksi akibat tindakan medik
16.    Reaksi transfus
17.    Trauma saat lahir
18.    Trauma obstetrik pasca operasi Cesar
19.    Trauma obstetrik pasca persalinan dengan instrumen
20.    Trauma obstetrik pasca persalinan tanpa instrumen
Berdasarkan indikator-indikator yang telah disusun tersebut kemudian dibuat definisi, cara menghitung angka kejadian serta pada tingkat mana indikator tersebut harus dicapai, serta variabel-variabel apa saja yang harus dipertimbangkan untuk menghindari misleading dalam interpretasinya. Berikut diberikan beberapa contoh:
Dekubitus
Definisi: Kasus dekubitus per 1000 patient discharge yang dirawat lebih dari 4 hari Numerator: Diagnosis saat discharge adalah 7070 sesuai ICD-9 Denominator: Semua medical & surgical discharges yang didefinisikan dengan DRG spesifik Pada pasien yang dirawat minimal 5 hari Tidak mengikutsertakan pasien dengan diagnosis hemiplegi, paraplegi atau kuadriplegia Tidak melibatkan pasien-pasien dari unit pelayanan long term facilities. Angka empirik 22,7 per 1000 population at risk
Risk adjustment; Umur, jenis kelamin, DRG, kategori komorbiditas
Benda asing tertinggal dalam tubuh pasien pasca prosedur medik/bedah
Definisi: Kasus benda asing tertinggal dalam tubuh secara tidak sengaja selama prosedur per 1000 pasien yang di discharg
Numerator: Diagnosis saat discharge adalah sesuai ICD-9 untuk benda asing yang tertinggal pasca tindakan medik/operatif
Denominator: Semua medical & surgical discharges yang didefinisikan dengan DRG spesifik
Angka empirik 9 per 100.000 population at risk
Risk adjustment: Umur, jenis kelamin, DRG, kategori komorbiditas
Apa manfaat indikator patient safety?
Laporan dari ACHS menunjukkan beberapa perubahan yang signifikan setelah diterapkannya indikator patient safety dalam sistem pelayanan kesehatan. Antara lain adalah pada area-area berikut (ACHS, 2003):
Indikator anestesi.
Melalui indikator ini maka proporsi pasien yang menjalani pre anesthetic assessment sebelum tindakan pembedahan, meningkat dari 79% menjadi 93,6%.
Ditemukan pula adanya peningkatan kunjungan dokter pasca tindakan pembedahan dalam 3 tahun terakhir, yang semula hanya 22% menjadi 69%.
Indikator kegawatdaruratan medik
Setelah digunakannya indikator ini proporsi pasien yang mendapatkan terapi thrombolitik dalam periode 1 jam setelah tiba di unit gawat darurat meningkat dari 72% pada tahun 1998 menjadi 80% pada tahun 2002.
Indikator oftalmologi
Dari indikator ini diketahui bahwa proporsi pasien dirawat inap selama 3 hari atau lebih pasca bedah katarak menurun hingga 0,3%.
Indikator pasien rawat inap dengan gangguan jiwa
Setelah diterapkannya indikator ini jumlah pasien rawat inap di bangsal psikhiatri yang meninggal berkurang dari 0,26% menjadi 0,1%.
Indikator bedah
Ditemukan penurunan proporsi pasien dengan gambaran histologi apendiks normal pasca apendiktomi dari 21% menjadi 15%
Selama 5 tahun terakhir angka kematian pada coronary artery bypass grafting (CABG) menurun dari 2,1 menjadi 1,8%. Dari berbagai data di atas semakin jelas bahwa IPS sangat diperlukan dalam sistem pelayanan kesehatan, baik dalam konteks clinical governance atau peningkatan mutu pelayanan kesehatan berkelanjutan maupun sebagai bagian dari upaya pelayanan kesehatan untuk menjamin bahwa setiap tindakan medik yang dilakukan selain efficacious juga aman bagi pasien.

Senin, 22 Oktober 2012

K3 adalah ...

Apa itu (K3) ?
K3 bukan kependekan dari Kebakaran, Keselamatan Kerja (instrumen akreditasi K3 yang lama)
K3 kependekan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja dan Kewaspadaan bencana (instrumen akreditasi K3 versi revisi).

Pengertian K3RS
Upaya terpadu seluruh karyawan Rumah Sakit, untuk menciptakan lingkungan kerja, proses kerja, tempat kerja Rumah Sakit yang sehat, aman dan nyaman termasuk pasien, pengunjung/pengantar orang sakit dan masyarakat lingkungan Rumah Sakit.

Tujuan Kesehatan Kerja
Melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.

Tujuan Kebijakan K3 RS
1.    Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat & produktif untuk karyawan ,
2.    Menciptakan rasa aman & sehat bagi pasien & pengunjung RS serta masyarakat dan lingkungan
sekitar
3.    Meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Apa Dasar Hukum Kesehatan dan Keselamatan Kerja Wajib Dilaksanakan ?
1.    UU 36/2009
2.    UU 44/2009
3.    UU 1/1970
4.    UU 13/2007
Dasar Hukum 
·    UU No 36 tahun 2009
1.    Bab XII pasal 164 – 166 Kesehatan Kerja mengatur tentang tujuan, ruang lingkup, tugas dan tanggungjawab pemerintah, pengusaha dan pekerja.
2.    Bab XVIII pasal 178 – 188 Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaran kegiatan yang berhubungan dengan sumberdaya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan.
·    UU No 44 Tahun 2009
1.    Ps 3. b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan RS dan SDM di RS.
2.     Ps 11 (2) Prasarana RS harus memenuhi standar pelayanan, keamanan serta keselamatan dan kesehatan kerja.
3.    Ps 40 dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan RS wajib dilakukan akreditasi secara berkala minimal 3 tahun sekali.
·    UU No 13 Tahun 2003 Ttg Ketenagakerjaan
1.    Ps 86 (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas Keselamatan dan kesehatan kerja.
Langkah-langkah Kegiatan K3 di Rumah Sakit
1.    Membentuk Komite K3 RS
2.    Menyusun kebijakan K3 RS
3.    Menyusun pedoman dan SOP K3 RS
4.    Melaksanakan 12 program K3 RS
5.    Melakukan evaluasi pelaksanaan program K3 RS
6.    Melakukan internal audit K3RS dengan menggunakan instrumen self assessment akreditasi RS
7.    Mengikuti akreditasi
Kebijakan K3 di Rumah sakit
·    Membuat Kebijakan tertulis di pimpinan RS Menyediakan wadah fungsional K3 RS yang terlihat dalam struktur organisasi RS
·    Melakukan sosialisasi K3 RS pada seluruh jajaran RS
·    Membudayakan perilaku K3 di RS
·    Meningkatkan SDM yang profesional di setiap unit dalam bidang K3 RS
·    Meningkatkan sistem informasi K3 RS
Strategi K3 Rumah Sakit

Advokasi dan sosialisasi. Meningkatkan SDM profesional di bidang K3 RS
pada setiap unit. Peningkatan jejaring Pelayanan Kesehatan Kerja dan SIM K3RS yang mencakup bahaya dan ancaman kerja di RS, data kesehatan karyawan sesuai dengan unit kerja/lingkup kerja. Mengembangkan unit pencegahan, pengendalian, pengobatan dan rehabilitasi dalam menanggulangi PAK, PAHK dan KAK.

Program K3 RS
1.    Pengembangan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja.
2.    Pembudayaan perilaku kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah Sakit
3.    Pengembangan SDM Kesehatan dan keselamatan kerja
4.    Pengembangan Pedoman SOP kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
5.    Pemantauan dan Evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja
6.    Pelayanan kesehatan kerja
7.    Pelayanan keselamatan kerja
8.    Pengembangan program pengelolaan limbah padat, cair dan gas.
9.    Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
10.    Pengembangan manajemen tanggap darurat
11.    Pengumpulan, pengolahan, dokumentasi data dan pelaporan kesehatan dan keselamatan kerja
12.    Review program tahunan
Indikator Rumah sakit yang melaksanan K3
·    Adanya managemen tanggap darurat
·     Terkelolanya bahan beracun dan berbahaya (B3)
·    Tersedianya dan berjalannya sistem RR Kegiatan K3
·    Tersedianya SDM K3 sesuai dengan unit kerja
·    Membudayakan prilaku kesehatan dan keselamatan kerja di Rumah sakit
·    Setiap Unit kerja menerapkan upaya K3
·    Adanya kebijakan tertulis dari Pimpinan Rumah sakit
·    Semua karyawan K3 mendapat pelayanan K3
·    Tersedianya wadah organisasi kesehatan dan keselamatan kerja

Minggu, 21 Oktober 2012

Angka Pasien dengan Dekubitus (APD)

PENGERTIAN  

1.   Angka Pasien Dengan Dekubitus (APD) adalah Indikator pelayanan non bedah untuk menghitung banyaknya penderita yang menderita dekubitus (bukan banyaknya kejadian dekubitus), dan angka ini menunjukkan tinggi rendahnya mutu keperawatan
2.    Luka Dekubitus adalah luka pada kulit dan/jaringan di bawahnya yang terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring.
3.    Tirah Baring adalah  penderita yang berbaring total (tidak dapat bergerak) dan bukan karena instruksi pengobatan.

TUJUAN   
Sebagai acuan dalam penghitungan Angka Pasien Dengan Dekubitus di Rumah Sakit.

KEBIJAKAN   
Indikator klinik dikumpulkan, diolah dan dianalisis untuk digunakan sebagai evaluasi mutu pelayanan kesehatan. 

PROSEDUR   
1.    Perawat/Petugas rawat inap mencatat setiap hari jumlah penderita dengan dekubitus dan  jumlah seluruh penderita tirah baring total.
2.    Perawat/Petugas rawat inap melaporkan data yang sudah terkumpul setiap bulan kepada Kepala Keperawatan mengetahui Kepala Rawat Inap.
3.    Kepala Keperawatan bersama dengan Tim penilai (Panitia Mutu) menganalisis dan mengevaluasi secara berkala 3 bulan sekali secara terus menerus.
4.    Hasil analisis dan evaluasi dilaporkan ke Direktur RS mengetahui Komite Medik, selanjutnya  ditindaklanjuti.
5.    Formula Angka Pasien Dengan Dekubitus (APD) dari Juklak Indikator mutu pelayanan rumah sakit ( WHO-Dirjen Yan Medik Depkes 2001)  adalah :

 APD   =    Banyaknya pasien dengan dekubitus / bulan    X  100 %
                 Total pasien tirah baring total bulan tersebut


Sabtu, 20 Oktober 2012

Analisa Laporan Keuangan

Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Analisa laporan keuangan sebenarnya banyak sekali namun pada penelitian kali ini penulis menggunakan analisa rasio keuangan karena analisa ini lebih sering digunakan dan lebih sederhana.
Analisa rasio keuangan adalah perbandingan antara dua/kelompok data laporan keuangan dalam satu periode tertentu, data tersebut bisa antar data dari neraca dan data laporan laba rugi. Tujuannya adalah memberi gambaran kelemahan dan kemampuan finansial perusahaan dari tahun ketahun. Jenis-jenis analisa rasio keuangan adalah :
a. Rasio Likuiditas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Ada 3 (tiga) macam rasio likuiditas yang digunakan, yaitu :
·    1) Current Ratio = ………………………(1)
·    2) Acid Test Ratio = ….(2)
·    3) Cash Position Ratio = ………………(3)
b. Rasio Solvabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban-kewajibannya (hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang). Ada 4 (empat) rasio solvabilitas yang digunakan. yaitu :
·    1) Total Debt To Equity Ratio= ……………………………………………..(4)
·    2) Total Debt To Total Assets Ratio= ……………………………………………….(5)
·    3) Long Term Debt To Equity= …………………………………(6)
·    4)      Long Term Debt To Total Assets = …………………………………..(7)
c  . Rasio Profitabilitas
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. Ada 4 (empat rasio profitabilitas yang digunakan, yaitu :
·    1) Return On Equity (ROE)= ………………………….(8)
·    2) Return On Assets (ROA) = ……………………….(9)
·    3) Net Profit Margin= …………………………………….(10)
·    4) Gross Profit Margin = …………………………(11)

NIC - AIRWAY SUCTIONING (Saksion Jalan Napas)


Definisi : mengeluarkan sekret atau mukus dari jalan napas dengan menggunakan kateter suksion dimasukkan melalui mulut pasien dan/ atau ke dalam trakea.
Intervensi :
    Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
     Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.
    Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning
    Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.
    Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal
    Gunakan alat yang steril sitiap melakukan tindakan
    Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal
    Monitor status oksigen pasien
    Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
    Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Temukan Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC lengkap Disini.

Jumat, 19 Oktober 2012

Analisa Kebutuhan Tenaga Farmasi

Berdasarkan jenis ketenagaan :Ketentuan :

a. Untuk pekerjaan kefarmasian dibutuhkan tenaga :
- Apoteker
- Sarjana Farmasi
- Asisten Apoteker (AMF, SMF)

b. Untuk pekerjaan administrasi dibutuhkan tenaga :
- Operator komputer/teknisi yang memahami kefarmasian
- Tenaga administrasi.

c. Pembantu Pelaksana

Kerangka Acuan Membentuk Sistem Kerja

Untuk membentuk sistem kerja didalam mempersiapkan akreditasi di rumah sakit :

1.    perlu komitmen
2.    perlu Fasilitator
3.    perlu tenaga profesional

KOMITMEN
•    Pemilik rumah sakit
•    direksi rumah sakit dan jajarannya
•    Komite medik dan SMF
•    Perawat
•    Tenaga Kesehatan lain
•    Tenaga non medis

Tim akreditasi rumah sakit
•    Tujuan pembentukan
agar rumah sakit mampu memahami dan melaksanakan proses pemenuhan standar pelayanan serta pelaksanaan akreditasi secara optimal

Tugas Tim akreditasi rumah sakit
•    Mempelajari dan menguasai standart pelayanan rs dan self assesment
•    Mendorong dan memonitor pemenuhan standart (struktur&proses)
•    Motor/fasilitator persiapan akreditasi
•    Koordinator/fasilitator pelaksanaan survei akreditasi
•    Motor proses PDCA (Plan-Do-Check-Action)

Kelompok kerja (Pokja)
1.    Sebagai fasilitator untuk persiapan akreditasi
2.    penyusunan pedoman, SOP, program unit kerja masing-masing
3.    bila yang di akreditasi unit kerja (pokja sama dengan unit kerja)
4.    Anggota pokja melihat lingkup parameter yang di akreditasi

Survei akreditasi rumah sakit
•    survei akreditasi dilaksanakan berdasarkan permohonan rumah sakit dan rencana kerja propinsi dan KARS
•    survei ulang dilakukan 3 bulan sebelum habis masa berlakunya sertifikat akreditasi
•    rs setelah di akreditasi akan dilakukan pembinaan pasca akreditasi oleh dinkes propinsi sesuai siklus pasca survei
•    Rumah sakit khusus tidak dilakukan survei pelayanan resiko tinggi (misal: jantung, Paru, Jiwa)
•    Rumah sakit khusus tidak dilakukan survei kamar operasi (RS jiwa)
•    Survei akreditasi 5 lima pelayanan wabjib bagi rumah sakit kab/kota (SK Menkes :SPM untuk Rumah sakit)

12 bulan titik awal
isi pembinaan difokuskan pada monitoring apakah manajemen rumah sakit sudah atau belum melaksanakan rekomendasi yang dibuat oleh surveior
pelaksana dinkes Propinsi setempat

6 bulan setelah dilakukan pembinaan pasca akreditasi
manajemen rumah sakit diminta membuat self assesment 1 dan dikirimkan kepada KARS untuk diteliti oleh surveior yang dahulu mendatangi rumah sakit untuk survei akreditasi
terhadap SA 1 ini melalui KARS surveior tsb akan memberikan saran, perbaikan dan pengarahan kepada management rumah sakit

9 bulan sesudah SA 1
dilakukan lagi SA 2 dan juga harus dikirimkan melalui KARS kepada para surveior seperti halnya SA 1

LANGKAH - LANGKAH ANALISIS AKAR MASALAH ( AAM / RCA )

1.    Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2.    Tentukan Tim Investigator
3.    Kumpulkan data & informasi
•    Observasi
•    Dokumentasi
•    Interview      
4.    Petakan Kronologi kejadian
•    Narrative Chronology,
•    Timeline,
•    Tabular Timeline,
•    Time Person Grid.
5.    Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
•    ( Brainstorming, Brainwriting )
6.    Analisis Informasi
•    5 Why’s,
•    Analisis Perubahan
•    Analisis Penghalang
•    FishBone / Analisis Tulang Ikan
7.    Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement






AUDIT KEPERAWATAN


A. Pengertian

Definisi standar audit klinik menurut National Institute for Clinical Excellence (NICE) yakni merupakan proses peningkatan mutu dengan tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada pasien dan luarannya, melalui kajian sistematis terhadap pelayanan berdasarkan kriteria eksplisit dan upaya-upaya perbaikannya. Aspek struktur, proses dan hasil pelayanan dipilih dan dievaluasi secara sistematis berdasarkan kriteria eksplisit. Jika diindikasikan, upaya-upaya perbaikan diterapkan pada tim individu atau tingkat pelayanan dan monitoring selanjutnya digunakan untuk memberi konfirmasi adanya perbaikan dalam pemberian pelayanan.
Audit klinik adalah suatu kegiatan berkesinambungan penilaian mutu pelayanan yang dilakukan para pemberi jasa pelayanan kesehatan langsung (oleh dokter, perawat, dan atau profesi lain) suatu Rumah Sakit untuk menghasilkan perbaikan-perbaikan jika hasil penilaian menunjukkan bahwa mutu pelayanan mereka ternyata dibawah optimal. Pengertian klinik dalam konteks ini meliputi kelompok medik dan keperawatan, dengan demikian audit klinik dapat merupakan audit medik, audit keperawatan, atau gabungan antara audit medik dan keperawatan.
Menurut Elison, audit keperawatan secara khusus merujuk pada pengkajian kualitas keperawatan klinis yang merupakan upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien, dengan menggunakan rekam keperawatan dan dilaksanakan oleh profesi keperawatan. Audit keperawatan internal dilakukan oleh organisasi profesi di dalam institusi tempat praktik keperawatan, audit keperawatan eksternal dilakukan oleh organisasi profesi di luar institusi.
Kebijakan audit medis di Rumah Sakit didasarkan pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 496/Menkes/SK/IV/2005 tanggal 5 April 2005 tentang Pedoman Audit Medis di RS, sedangkan untuk audit keperawatan belum ada kebijakan yang mengatur.
Pelaksana Audit Keperawatan di Rumah Sakit :
  1. Direktur RS à membentuk tim pelaksana audit keperawatan beserta uraian tugasnya
  2. Tim pelaksana dapat merupakan tim atau panitia yg dibentuk di bawah Komite Keperawatan atau panitia khusus untuk itu à pelaksana audit keperawatan di RS dapat dilakukan oleh Komite Keperawatan, Sub Komite (Panitia) Peningkatan Mutu Keperawatan atau Sub Komite (Panitia) Audit Keperawatan
  3. Pelaksana audit keperawatan wajib melibatkan bagian rekam keperawatan
  4. Pelaksana audit wajib melibatkan SMF mulai dari pemilihan topik, penyusunan standar & kriteria serta analisa hasil audit keperawatan
  5. Apabila diperlukan dapat mengundang konsultan tamu atau organisasi profesi terkait untuk melakukan analisa hasil audit keperawatan & memberikan rekomendasi khusus

B. Langkah-langkah (Proses Audit)

1. Identifikasi masalah
Hal-hal yang dapat dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah :
  • Adanya standar nasional dan pedoman yang menjadi rujukan praktik klinis yang lebih efektif
  • Area yang menjadi masalah dapat dijumpai di lahan praktik
  • Rekomendasi dari pasien dan masyarakat
  • Berpotensi jelas untuk meningkatkan pemberian pelayanan
  • Kaitan dengan volume, risiko dan biaya tinggi jika upaya perbaikan diterapkan
2. Menetapkan kriteria dan standar
  • Kriteria adalah pernyataan eksplisit yang didefinisikan sebagai elemen representatif dari pelayanan yang dapat diukur secara objektif.
  • Standar adalah aspek pelayanan yang dapat diukur, yang selalu didasarkan pada hasil penelitian yang terbaik (ekspektasi tiap kriteria)
  • Standar & kriteria wajib (Must Do) à merupakan kriteria minimum yg absolut dibutuhkan utk menjalankan kegiatan sesuai kebutuhan & harus dipenuhi oleh setiap dokter
  • Standar kriteria tambahan (Should do) à merupakan kriteria-2 dari hasil riset yg dapat dibuktikan dan penting
3. Pengumpulan data
Untuk menjamin pengumpulan data tepat dan teliti, dan hanya informasi penting yang dikumpulkan, tentunya detail dari hal-hal yang akan di audit ditetapkan sejak awal. Diantaranya adalah :
  • Kelompok yang termasuk pengguna pelayanan, dengan tanpa perkecualian
  • Profesional kesehatan yang termasuk pemberi pelayanan
  • Periode penerapan dari kriteria
Ukuran sampel dapat ditentukan menggunakan statistik, data dapat dikumpulkan baik dengan sistem informasi komputer maupun secara manual. Yang terpenting adalah data apakah yang akan diambil?, dimanakah data dapat ditemukan? Dan siapakan yang akan mengambil data?
4. Membandingkan hasil pengumpulan data dengan standar
Tahap ini merupakan tahap analisis, dimana hasil dari pengumpulan data dibandingkan dengan kriteria dan standar. Hasil akhir dari analisis adalah apakah standar sudah sesuai, jika dapat diaplikasikan, identifikasi alasan ketidaksesuaian standar dengan kasus.
5. Melakukan upaya perbaikan (Melakukan analisa kasus yg tidak sesuai dgn standar & kriteria)
Setelah hasil audit dipublikasikan dan didiskusikan, kesepakatan sebaiknya dibuat sebagai rekomendasi perbaikan. Rencana kegiatan dilaporkan untuk menentukan siapa yang akan menyetujui, apa yang akan dilakukan dan kapan akan dimulai. Tiap-tiap poin sebaiknya didefinisikan dengan jelas termasuk nama-nama individu yang akan bertanggung jawab dan target waktu pencapaian.
6. Tindakan korektif
7. Rencana re-audit
C. Persiapan Pelaksanaan Audit Keperawatan di Rumah Sakit
  • Ditetapkan organisasi pelaksana audit keperawatan dengan SK Direktur RS
  •  RS menyusun pedoman audit keperawatan RS, standar prosedur operasional, standar, clinical pathway & kriteria jenis kasus/jenis penyakit yg akan dilakukan audit
  • RS membudayakan PDCA (Plan, Do, Check, Action)
  • RS membuat ketentuan bahwa setiap perawat wajib membuat & melengkapi rekam keperawatan tepat waktu
  • RS melakukan sosialisasi kepada seluruh perawat yang memberikan pelayanan keperawatan tentang rencana pelaksanaan audit keperawatan
D. Persyaratan Pelaksanaan Audit Keperawatan di Rumah Sakit
  • Penuh tanggung jawab dengan tujuan meningkatkan mutu pelayanan, bukan untuk menyalahkan atau menghakimi seseorang
  • Obyektif, independen & memperhatikan aspek kerahasiaan pasien & wajib menyimpan rahasia keperawatan
  • Analisa hasil audit keperawatan dilakukan oleh kelompok staf keperawatan terkait yang mempunyai kompetensi, pengetahuan & keterampilan sesuai bidang pelayanan atau kasus yg di audit
  • Publikasi hasil audit harus memperhatikan aspek kerahasiaan pasien & citra RS di masyarakat
E. Cara Merencanakan Audit Keperawatan di Rumah Sakit
1.Membuat design audit
2.Mengumpulkan data kasus yang akan dilakukan audit
3.Menindaklanjuti hasil audit
4.Melakukan re-audit (second audit cycle)
F. Design Audit
  • Tujuan audit harus jelas
  • Standar & kriteria harus ditetapkan (kriteria wajib & kriteria tambahan)
  • Bagaimana melakukan pencarian literatur
  • Pemilihan topik harus jelas sehingga output jelas
  • Strategi pengumpulan data
  • Penetapan sampel
  • Metode analisa data
  • Perkiraan waktu audit à mulai dilaksanakan audit sampai audit selesai dilaksanakan
G. Pengumpulan Data
  • Perlu uji coba/pilot study à untuk mengetahui mudah tidaknya data dikumpulkan & dinilai
  • Dapat dengan komputer atau manual
  • Data yg dikumpulkan yg diperlukan saja
  • Menjamin untuk kerahasiaan pasien
H. Hasil Audit (Result)
  • hasil à telah memenuhi standar atau belum
  • rencana upaya perbaikan pelayanan keperawatan
I. Re-Audit (second audit cycle)
Peningkatan mutu pelayanan yang bagaimana yang ingin dicapai pada audit ke dua

Perubahan Format Penilaian Akreditasi Rumah Sakit 2011

KELOMPOK STANDAR PELAYANAN BERFOKUS PADA PASIEN
BAB 1. AKSES KE PELAYANAN DAN KONTINUITAS PELAYANAN (APK)
BAB 2. HAK PASIEN DAN KELUARGA (HPK)
BAB 3. ASESMEN PASIEN (AP)
BAB 4. PELAYANAN PASIEN (PP)
BAB 5. PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH (PAB)
BAB 6. MANAJEMEN DAN PENGGUNAAN OBAT (MPO)
BAB 7. PENDIDIKAN PASIEN DAN KELUARGA (PPK)

KELOMPOK STANDAR MANAJEMEN RUMAH SAKIT

BAB 1. PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN (PMKP)
BAB 2. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
BAB 3. TATA KELOLA, KEPEMIMPINAN, DAN PENGARAHAN (TKP)
BAB 4. MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)
BAB 5. KUALIFIKASI DAN PENDIDIKAN STAF (KPS)
BAB 6. MANAJEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMASI (MKI)

SASARAN KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT SASARAN

I. KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN SASARAN
II. PEINGKATAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF SASARAN
III.PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI SASARAN
IV.KEPASTIKAN TEPAT LOKASI,TEPAT PROSEDUR, TEPAT PASIEN OPERASI SASARAN
V. PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN SASARAN
VI. PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH

Kamis, 12 Juli 2012

TRIAGE Keperawatan Gawat Darurat


1.      LATAR BELAKANG dan PENGERTIAN TRIAGE
a.               Latar belakang
Penggunaan istilah triage ini sudah lama berkembang. Konsep awal triase modern yang berkembang meniru konsep pada jaman Napoleon dimana Baron Dominique Jean Larrey (1766-1842), seorang dokter bedah yang merawat  tentara Napoleon, mengembangkan dan melaksanakan sebuah system perawatan dalam kondisi yang paling mendesak pada tentara yang datang tanpa memperhatikan urutan kedatangan mereka. Sistem tersebut memberikan perawatan awal pada luka ketika berada di medan perang kemudian tentara diangkut ke rumah sakit/tempat perawatan yang berlokasi di garis belakang. Sebelum Larrey menuangkan  konsepnya, semua orang yang terluka tetap berada di medan perang hingga perang usai baru kemudian diberikan perawatan.

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | coupon codes